Selasa, 14 Februari 2012

Khayalan sebelum tidur

Mata mulai mengantuk malam ini. Satu persatu kupencet tombol berhuruf di keyboard yg menempel secara permanen di laptopku. Laptop tua berdebu yang menjadi temanku setiap waktu. Di saat aku jatuh, di saat aku sedang sedih, di saat aku sedang putus asa, di saat aku sedang dilanda masalah, di saat aku sedang diselubungi ketakutan. Selalu saja memberikan secercah semangat yang menyoroti dasar lautan hatiku yang paling dalam. Yang mungkin sudah berbaur bersama ribuan plankton jahat yang siap memangsaku mentah-mentah. Mungkin mereka bilang aku ini apa entahlah. Yang aku tahu di bumi ini dihuni jutaan manusia, milyaran manusia pernah hidup dan meninggalkan bumi ini. Bumi yang sangat indah, yang diciptakan Tuhan untuk orang-orang yang sangat dikasihinya, sangat dikasihi karena telah diberikan kesempatan untuk hidup, untuk bernafas, untuk dapat merasakan cinta, untuk dapat merasakan sejuknya udara pagi. Berbaur bersama jutaan "super-mini" partikel oksigen yang bercampur dengan kabut pagi. Sejuknya menikmati udara pagi yang diselingi sedikit rasa mengantuk karena kurang tidur. Kurang tidur memikirkan esok hari. Berharap akan datang jutaan cahaya pagi ditemani ribuan sampai triliunan titik-titik air yang bertapa bersama awan putih. Saling berpantun bersahut-sahutan memecah keheningan pagi, pagi yang berlangit biru cerah, lebih cerah dari emas murni, lebih cerah dari rembulan yang bersinar dengan purnama, dan lebih cerah dari perasaanku yang sepi, sepi tanpa dirimu di sini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar