Jumat, 25 Mei 2012

Payaman

Hari ini Jumat 25 Mei 2012 menjadi hari yang bersejarah bagi warga Payaman, Argorejo, Sedayu, Bantul karena ada orang Wates yang berkunjung ke sana :D. Bersama kedua teman saya Petrik dari Sedayu dan Tiko dari Dongkelan, mblasak-mblasak mencari yang katanya ada curug (semacam air terjun kecil dengan air jernih/sumber mata air) Payaman dan ternyata tidak ketemu walaupun muter-muter ke pelosok gunung tanya-tanya orang-orang. Hanya menemukan sebuah jembatan yang membentang di atas sungai dengan ketinggian sekitar 8-9 meter di atas sungai. Sungai tersebut sepertinya bekas sebuah bendungan karena pada bagian bawah jembatan terdapat reruntuhan bongkahan-bongkahan raksasa beteng tanggul air. Lelah sekali kami berangkat pukul 13.30 dari rumah Petrik dan sampai rumahnya lagi kurang lebih pukul 17.45 dengan menggunakan kendaraan berupa sepasang kaki masing-masing. Lebih serunya lagi ada hal-hal lain yg tidak kalah menarik. Silahkan cek.












terbang ala wiro sableng


Sabtu, 05 Mei 2012

Pagi ini

Pagi ini matahari perlahan meninggi
suara-suara ayam-ayam semakin ramai saja
diiringi angin sepoi-sepoi yang menyapu dedaunan
capung-capung beterbangan di atas rumahku
seakan bergembira menikmati hangatnya matahari pagi

Selasa, 27 Maret 2012

Menghindari Hujan (versi bahasa elo gue)

Siang itu 24 Februari 2012, tepatnya hari Jumat. Gueh pulang dari kontrakan. Panas beuuudd!!! gueh udah kangen sama kuman-kuman di lantai kamar gue di kampung halaman sonoh. Yah, gueh abis Jumatan langsung pulang ke wates (kota yang setengah kota setengah perkampungan). Gueh langsung menyusur jalan Jakal yang sumpahnya macet setengah mati. Next gueh trus nyusur ring road utara kota Yogyakarta tercinta nih. Sampai Gamping, gueh lihat dari arah jalan Provinsi (jalan Yogya-Wates) banyak pengendara mobil roda dua yang pake mantol/ mantrol atau apalah itu jas hujan. Gueh lihat awan tebal emang menyelimuti jalan Yogya wates itu dari kejauhan kelihatan. Terus gueh motong jalan pakai cangkul, mblasak lewat desa-desa antah berantah di wilayah Godean sehingga mendapat poto seperti ini. Misi menghindari hujan pun sukses karena sampai home sweet home gak ada air hujan yang berani sedikit pun nyentuh gueh. Nih:



 



















Kamis, 23 Februari 2012

Jalan Wates-Yogyakarta

jalan yang indah
walau sering gundah
kalau ada bus ugal-ugalan
jalan Wates-Yogyakarta
yang menjadi pendengar setia
kisah manusia yang melewatinya




Selasa, 14 Februari 2012

Khayalan sebelum tidur

Mata mulai mengantuk malam ini. Satu persatu kupencet tombol berhuruf di keyboard yg menempel secara permanen di laptopku. Laptop tua berdebu yang menjadi temanku setiap waktu. Di saat aku jatuh, di saat aku sedang sedih, di saat aku sedang putus asa, di saat aku sedang dilanda masalah, di saat aku sedang diselubungi ketakutan. Selalu saja memberikan secercah semangat yang menyoroti dasar lautan hatiku yang paling dalam. Yang mungkin sudah berbaur bersama ribuan plankton jahat yang siap memangsaku mentah-mentah. Mungkin mereka bilang aku ini apa entahlah. Yang aku tahu di bumi ini dihuni jutaan manusia, milyaran manusia pernah hidup dan meninggalkan bumi ini. Bumi yang sangat indah, yang diciptakan Tuhan untuk orang-orang yang sangat dikasihinya, sangat dikasihi karena telah diberikan kesempatan untuk hidup, untuk bernafas, untuk dapat merasakan cinta, untuk dapat merasakan sejuknya udara pagi. Berbaur bersama jutaan "super-mini" partikel oksigen yang bercampur dengan kabut pagi. Sejuknya menikmati udara pagi yang diselingi sedikit rasa mengantuk karena kurang tidur. Kurang tidur memikirkan esok hari. Berharap akan datang jutaan cahaya pagi ditemani ribuan sampai triliunan titik-titik air yang bertapa bersama awan putih. Saling berpantun bersahut-sahutan memecah keheningan pagi, pagi yang berlangit biru cerah, lebih cerah dari emas murni, lebih cerah dari rembulan yang bersinar dengan purnama, dan lebih cerah dari perasaanku yang sepi, sepi tanpa dirimu di sini.

Senin, 13 Februari 2012

Selamat pagi

perhatikan baik-baik
coba rasakan suara pagi di sekitar
terdengar hanya jangkrik mengerik
satu persatu bergantian bersahut-sahutan
tidak berhenti-berhentinya berteriak "selamat pagi"
suara kereta api lewat
yang terdengar jelas walaupun dari kejauhan
kereta itu berjalan kencang sambil berteriak "selamat pagi"
segarnya udara pagi
menusuk dasar kulit
sambil berbisik "selamat pagi"
dengarkan lagi
ayam jantan berkokok
terselip di antara suara-suara motor lewat yang terdengar jelas walaupun jauh di bawah bukit
lihatlah ke langit
awan pagi berlarian bagaikan wayang di antara kelir luas yang berwarna nila
saling jatuh bergulungan
sambil bergema "selamat pagi"

Sabtu, 28 Januari 2012

Don't Forget Your Roots

Inget judul album baru H2O jadi inget hal yang terjadi di pada anak-anak muda sekarang. Sepertinya anak-anak muda jaman sekarang khususnya Jawa seakan sudah tidak peduli dengan kebudayaannya sendiri. Khususnya tentang gamelan. Gamelan yang menjadi hal yang sangat dibanggakan dari kebudayaan kita ini hampir musnah di tempat kelahirannya. Malah sekarang mulai banyak orang-orang bule yang lebih pandai memainkan gamelan daripada orang-orang Jawa itu sendiri. Bagaimana bisa terjadi? Anak-anak muda cenderung mengadopsi budaya urban dari barat sehingga mereka lepas dari akar kebudayaan mereka sendiri. Bahkan saya sering menemui, dan sangat sering, anak-anak muda Jawa mentertawai dan mengejek budaya mereka sendiri. Sungguh hal ini sangat memprihatinkan. Bolehlah kita mengadopsi budaya barat, tapi jangan tinggalkan budaya sendiri. Bolehlah kita mencintai musik-musik urban seperti pop, punk, hardcore, atau pun metal, tapi jangan tinggalkan Gamelan, musik kita sendiri. Hanya satu pesan saya,DON'T FORGET YOUR ROOTS!!!!
Berikut ini sedikit foto latihan gamelan oleh anak-anak muda di Fakultas Ilmu Budaya UGM beberapa waktu lalu. Saya sangat bersyukur ternyata masih banyak anak-anak muda yang peduli dengan budaya mereka sendiri.